Tag archive

Kabupaten Ngawi - page 18

Kirab Pusaka, Lestarikan Tradisi Ngawi

di %s Berita/Kabar Ngawi/Seni Budaya 2,832 views

Keberadaan Kabupaten Ngawi tidak bisa terlepas dari Dusun Ngawi Purba sebagai cikal bakalnya. Prosesi Kirab Pusaka Tombak Kiai Singkir beserta Songsong Agung Tunggul Warono dan Tombak Kiai  Songgolangit beserta Songsong Agung Tunggul Wulung adalah bagian dari perjalanan sejarah Kabupaten Ngawi.

Menurut Bupati Ngawi, Ir. Budi Sulistyono, pusaka – pusaka ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Ngawi, terkait tahapan terbentuknya Pemerintahan Kabupaten Ngawi. “Mulai dari dusun, desa hingga mulai terbangun sebuah pemerintahan serta mendapatkan pengakuan dilingkup Matraman, disitulah bibit kawit  Pemerintahan kita saat ini,” jelas Bupati

Dan, kirab pusaka ini dimaknai sebagai penjemputan pusaka di leremkan semalam di pendopo Ngawi Purba, dibawa kembali ke Pendopo Wedya Graha. “Bagi leluhur kita, pusaka ini merupakan sebuah kekuatan, dan kita tidak bisa melupakan adat istiadat. Maka inti dari tradisi ini adalah uri – uri,  jangan sampai kita melupakan sejarah, sebab merupakan bagian dari perjalanan kita membangun sebuah peradaban,” ujarnya.

Kirab Pusaka ini rutin dilakukan dua tahun sekali, dalam rombongan kirab ini ada 15 kereta kencana dan 26 delman yang didatangkan langsung dari Keraton Solo. Juga, pasukan kraton dan 9 pasukan senopati berkuda, 6 tim drumband tersebar di beberapa titik rute kirab. Selain itu, ada dua buah gunungan spektakuler hasil bumi yang dikenal dengan gunungan wadon dan lanang  setinggi 3,5 meter. Disamping komunitas mobil tua, sepeda tua dan komunitas kendaraan lainnya.

Prosesi dimulai sekitar pukul 08.00, dengan penyerahan pusaka yang dilakukan Kepala Desa Ngawi Purba kepada pusaka Kabupaten Ngawi  di depan Pendopo Ngawi Purba. Perjalanan kirab ini menempuh jarak sekitar lebih dari lima kilometer. Penyerahan pusaka dilakukan di depan paseban oleh sesepuh Ngawi kepada Bupati dan Wakil Bupati, yang selanjutnya diserahkan kembali ke parogo, dikirab menuju gedung pusaka Pendopo Wedya Graha. (Kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Jamasan dan Boyong Pusaka, Bupati Minta Lestarikan Budaya Leluhur

di %s Hari Jadi Ngawi 659/Peristiwa/Seni Budaya 3,012 views

Masih dalam rangkaian Hari Jadi Ngawi ke 660 ini, Pemerintah Kabupaten Ngawi gelar acara Jamasan dan Boyong Pusaka yang telah menjadi tradisi turun temurun  para leluhur jelang hari jadi Ngawi. Prosesi Jamasan (mencuci, Red) bertempat di Kuncungan Pendopo Wedya Graha, Selasa (3/7).

Dalam Jamasan Pusaka ini ada dua buah tombak diantaranya Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit, juga dua buah payung pusaka yakni Tunggul Wulung serta Tunggul Warono dengan air khusus yang disiapkan para sesepuh ngawi. Acara sakral ini dihadiri Bupati Ngawi, Ir. Budi Sulistyono, Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar, Ketua DPRD Ngawi, Dwi Rianto Djadmiko, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), dan pejabat dilingkup Pemerintah Kabupaten Ngawi, Kepala Sekolah SD/MI/SMA/SMK dalam kota, Kepala UPT Puskesmas se Kabupaten Ngawi.

Prosesi ini diawali dengan Tari Sri Mangayun dari Sanggar Tari Eko Budoyo Surakarta, kemudian dilanjutkan dengan mundhut dan lolos pusoko Kyai Singkir dan Songsong Tunggul Wulung oleh Bupati Ngawi, sedangkan Kyai Songgo Langit dan Songsong Tunggul Warono oleh Wakil Bupati yang diserahkan kepada pangasto pusoko kemudian boyong medhal serta diiringi seluruh Forkopimda menuju kuncungan pendopo lalu di jamas diiringi rerepan gendhing jamasan pusoko dengan 30 saraswati.

Menurut Bupati Ngawi, Jamasan Pusaka ini rutin dilakukan setiap tahun menjelang hari jadi, “Setelah di jamas atau bersihkan pusaka ini dibawa ke desa Ngawi Purba  yang merupakan bibit kawit kabupaten Ngawi, di leremkan semalam, kemudian malamnya dilakukan tirakatan, besok pagi dijemput disemayamkan lagi dipendopo ini,” jelas Bupati.

Bupati berharap masyarakat mengerti tentang sejarah, terutama Kabupaten Ngawi, yang ada sejak 660 tahun lalu, dari dusun sampai saat ini. “Selanjutnya kita tidak bisa lupakan budaya, terutama bagi pendahulu kita yang telah membangun serta memakmurkan Ngawi sudah  selayaknya kita melanjutkan cita – cita mereka, dan menjaga tradisi yang mereka tinggalkan,” tuturnya.

Tepat pukul 10.00 WIB dilakukan boyongan ke desa Ngawi Purba yang merupakan cikal bakal Kabupaten Ngawi, diikuti seluruh Parogo, Sesepuh dan Caroko kemudian disemayamkan semalam, yang esoknya akan di boyong  kembali ke Gedung Pusaka dalam Kirab Pusaka. (kominfo)

 

Sebar dan Bagikan :

Shares

Peringati Hari Jadi ke 660, Petinggi Ngawi Lakukan Ziarah Makam Leluhur

di %s Berita/Hari Jadi Ngawi 659/Kabar Ngawi/Peristiwa/Seni Budaya 2,750 views

Dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Ngawi ke 660 tahun 2018 ini, Bupati Ngawi, Budi Sulistyono, Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar, Ketua DPRD Ngawi Dwi Riyanto Jatmiko bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan pejabat di lingkup Pemerintah Kabupaten Ngawi lakukan ziaran makam leluhur pendiri Ngawi, Senin (2/7). Diantaranya makam RM. Tumenggung Poerwodiprodjo (Bupati Ngawi 1887-1902), makam R. Adipati Kertonegoro, makam Patih Pringgo Koesoemo, serta makam R. Patih Ronggolelono dan Putri Cempo.

Menurut Bupati Ngawi, ziarah ini dilakukan sebagai penghormatan atas jasa para leluhur termasuk pendiri Kabupaten Ngawi, “Kita mengenang bagaimana mereka melakukan babat alasnya disini. Dan, kita harus kenal dan mengetahui itu semua, dan acara ini sudah menjadi agenda setiap hari jadi,” kata Bupati sesaat sebelum berangkat ziarah.  Bupati memaknai ziarah makam leluhur ini sebagai bentuk penghargaan bagi leluhur yang telah korbankan tenaga, pikiran dan nyawanya untuk kesejahteraan rakyat termasuk melawan penjajah Belanda kala itu, “Tentu saja kita yang meneruskan ini harus mengerti dan meneruskan cita – cita mereka,” lanjutnya.

Rombongan ziarah ini diawali di makam RM. Tumenggung Poerwodiprodjo, TPU Kauman belakang Masjid Agung Ngawi dengan doa bersama dan tabur bunga, kemudian dilanjutkan ke Ngawi Purba makam Patih Pringgo Koesoemo dan berlanjut ke TPU Sine, makam Raden Adipati Kertonegoro dan berakhir di TPU Jabal Kadas Hargomulyo Ngrambe makam Patih Ronggolelono dan Putri Cempo selanjutnya rombongan menuju Ngawi. kominfo

 

Sebar dan Bagikan :

Shares

Harkitnas, Momentum Merajut Persatuan dan Kesatuan

di %s Berita/Kabar Ngawi 1,624 views

Lahirnya Boedi Oetomo, 20 Mei 1908 menandai kebangkitan bangsa Indonesia meskipun belum menyasar pada ide nasionalisme secara keseluruhan namun semangat untuk bersatu sudah ada. Waktu itu, benih nasionalisme ditandai dengan munculnya kesadaran sebagai bangsa untuk menjadi maju dan berdaulat, serta membebaskan diri dari dari belenggu bangsa lain walaupun konteksnya masih sangat terbatas.

Boedi Oetomo digagas pertama kali oleh dr. Wahidin Sudiro Husodo, dr. Soetomo dan beberapa tokoh lainnya yang beranggotakan kalangan priyayi suku Jawa dan Madura. Menyadari arti penting keberadaan organisasi bagi rakyat, maka pada tahun 1920 Boedi Utomo mulai menerima anggota dari masyarakat biasa, jadilah sebuah organisasi pergerakan rakyat yang mengusung semangat nasionaliasme.

Tahun 2018 ini, tepat Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang ke 110, Pemerintah Kabupaten Ngawi menggelar upacara peringatan di halaman Pendopo Wedya Graha, Senin (21/5), Bupati Ngawi, Ir. Budi Sulistyono sebagai pembina upacara. Hadir dalam upacara peringatan Harkitnas ini, Sekretaris Daerah Ngawi, Mokh. Sodiq Triwidiyanto, Ketua DPRD Ngawi, Dwi Rianto Djatmiko, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda), jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan anggota Kodim 0805 Ngawi.

Bupati Ngawi Ir. Budi Sulistyono menyampaikan amanat Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Rudiantara dalam peringatan Harkitnas 2018 ini harus dimaknai sebagai momentum sejarah persatuan dan kesatuan bangsa ini, sebagai upaya penyadaran masyarakat untuk mengembangkan diri dan merebut setiap peluang dalam meningkatkan kapasitas diri yang dibuka oleh semua pihak. Hal ini sesuai dengan tema Harkitnas tahun ini, yakni membangun sumber daya manusia memperkuat pondasi kebangkitan nasional di era digital.

“Bersatu adalah kunci ketika kita ingin menggapai cita – cita yang sangat mulia. Namun disaat yang sama, tantangan yang maha kuat menghadang di depan. Boedi Utomo memberi contoh bagaimana berkumpul dan berorganisasi tanpa melihat asal – usul primordial. Yang akhirnya bisa mendorong tumbuhnya semangat nasionalisme menjadi bahan bakar utama kemerdekaan,” katanya. Dan, dalam pengembangan kapasitas sumber daya manusia juga harus diletakkan dalam konteks pemerataan, agar bangsa ini bangkit bersama untuk kebangsaan Indonesia, ujar Bupati.

Lebih lanjut juga disampaikan bahwa sumber daya alam (SDA) merupakan sumber daya terbatas, sedangkan SDM terfasilitasi dengan kapasitas serta kapabilitas yang luas untuk dikembangkan. Apalagi di era sekarang, dan bukan saatnya untuk berdiam namun jangan buang waktu dan energi fokus pada pengembangan, “ Filosofi sapu lidi juga harus dimaknai secara bijak untuk saling merangkul, jangan sampai tercerai berai karena provokasi. Dan, keberadaan bonus demografi yang menyuguhkan keuntungan harus bisa dimanfaatkan secara produktif,” tuturnya.

Dalam sambutannya, Menkominfo juga mengingatkan bahwa generasi milennial yang terpapar masifnya perkembangan teknologi dan informasi bisa menjadi peluang sekaligus ancaman. Makanya SDM harus bisa dijadikan dasar sebagai acuan untuk mendatangkan manfaat di era digitalisasi ini, Persatuan dalam memecahkan masalah sangat diperlukan demikian pula dalam konteks menghadapi era digital ini. maka semua harus dala irama  yang sama untuk mendapatkan kebermanfaatan menuju kearah yang lebih baik.

“Selamat Hari Kebangkitan Nasional ke 110, mari kita maknai peringatan tahun ini dilingkungan masing – masing sesuai dengan lingkup tugas kita, untuk semaksimal mungkin memfasilitasi peningkatan sumber daya manusia, terutama generasi muda yang akan membawa kejayaan bangsa ditahun – tahun mendatang,” kata Bupati sambutan dari Menkominfo. (kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares
Go to Top