Tag archive

Wakil Bupati Ngawi - page 2

Siswa Tk Aisyiyah Bustanul Athfal 4 Ngawi Bertandang Dikediaman Wabup, Ony Anwar

di %s Pendidikan 1,710 views

Bertempat dikediamannya, Wakil Bupati Ngawi terima kedatangan anak didik dari TK dan KB Aisyiyah Bustanul Athfal 4 Ngawi, Kamis (5/09) dengan menaiki kereta kelinci.  Kegiatan ini menurut Kepala TK Aisyiyah 4, Ambar adalah program Outing Class, kali ini untuk mengenalkan peserta didik pada pimpinan daerah yang ada di Kabupaten Ngawi yang menjadi bagian tema pembelajaran Negaraku. “Ya ini maksudnya untuk mengenalkan secara langsung, biar anak lebih paham, tidak hanya melihat dari buku atau koran atau sekedar teori saja,” tegas Ambar. 

Ambar mengaku lembaga yang dipimpinnya ini tidak hanya menerapkan sistim pembelajaran secara teori saja tetapi juga praktik, “Dan, melihat secara riil seperti ini,” ungkapnya.

Sementara Wabup Ony Anwar mengatakan senang dan bangga pada anak – anak Kedatangan ratusan anak ini, disambut hangat Wabup, Ony Anwar mengatakan senang serta bangga pada anak – anak usia dini yang datang, “Kami sangat senang atas kadatangan silaturahmi ini, semoga anak anakku TK dan KB  bisa menjadi anak soleh soleha, cerdas, sehat dan menjadi generasi penerus yang baik dimasa yang akan datang” ujarnya.

Nampak antusiasme peserta didik ketika bertemu langsung dengan salah satu petinggi di Kabupaten Ngawi, bahkan ada yang meminta berswafoto ataupun bersalaman. Wabup terlihat sumringah ketika menyapa dan bercanda dengan anak – anak ini, bahkan senyumnya selalu tersungging selama acara ini berlangsung. (nf/kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Eksistensi Keduk Beji di Tengah Globalisasi

di %s Seni Budaya 1,943 views

Seiring kemajuan era digitalisasi saat ini, tentunya bisa menjadi ancaman bagi eksistensi jati diri bangsa, yang bisa tercermin dari semakin tergesernya budaya lokal atau tradisi oleh budaya global. Belum lagi, generasi muda sekarang sebagai produk modern yang tidak begitu tertarik terhadap sesuatu yang berbau tradisi, bahkan lebih dianggap kuno atau ketinggalan zaman.

Kondisi inilah yang terus mendorong Pemerintah Kabupaten Ngawi untuk terus berkomitmen dalam melestarikan tradisi, juga sebagai upaya akselerasi pembangunan di sektor pariwisata. Adalah Keduk Beji atau upacara adat bersih sendang, yang digelar warga desa Tawun Kecamatan Kasreman, Selasa (13/8) lalu.

Tradisi leluhur ini terus dilakukan hingga sekarang, sebagai wujud peringatan hilangnya, Raden Ludrojoyo yang hilang saat Tapa Kungkum (berendam) di Sendang Tawun. Upacara adat ini, biasanya digelar tiap hari Selasa Kliwon jelang bulan Sura berdasarkan perhitungan kalender Jawa Islam.

Menurut Supomo, sesepuh desa Tawun mengatakan tradisi ini sudah sejak lama dilakukan untuk mengenang hilangnya Raden  Ludrojoyo yang berani mengorbankan jiwa dan raganya dengan bertapa, memohon kepada yang kuasa untuk menghidupkan mata air didesa ini,” cerita Mbah Wo sapaan akrabnya.

Konon, tepat di hari Selasa Kliwon, tepat pukul 00.00, terdengar ledakan keras, yang disertai keluarnya air dari tempat Ludrojoyo bertapa, muncul sumber air, “Sejak saat itulah, peringatan Keduk Beji ini dilakukan untuk membersihkan sendang Tawun ini,” lanjutnya.

Upacara sakral ini, diawali dengan pengedukan atau dibersihkannya sendang (kolam,red) dari kotoran. Uniknya, hanya boleh dilakukan oleh kaum laki – laki, dengan mengambil semua kotoran yang ada disitu dengan saling memukul menggunakan ranting yang diiringi tabuhan gendang. Supomo mengatakan, saling pukul atau istilah yang dipakai disini kecetan difilosofikan sebagai sikap legowo, tidak boleh mendemdam satu sama lain, “Mereka joget juga, waktu pembersihan ini,” katanya.

Kemudian upacara dilanjutkan dengan tari persembahan Galih Nogo Seno, lalu penyileman (menyelam pusat sumber air, untuk mengganti kendi yang dilakukan oleh keturunan Ludrojoyo. “Syaratnya harus laki – laki dan siap untuk nyilem. Sebab, nggak semua keturunannya siap,” jelas Mbah Wo.

Mbah Wo menuturkan setelah nyilem diteruskan upacara penyiraman air legen (air dari buah Siwalan,red) ke dalam sumber air, “Kemudian  menyeberangkan sesaji dari arah timur ke barat sumber air, berupa daging Kambing kendit, ini harus ada tidak boleh nggak ada,”tandasnya.

Prosesi ini ditutup dengan selamatan serta makan berkat (makanan, red) gunungan lanang  dan wadon yang disediakan warga yang dipercaya bisa mendapatkan berkah.“Makanan untuk selametan disediakan warga sekitar yang leluhurnya dimakamkan di area Tawun ini,” tuturnya.

Hadir dalam acara tradisi ini, Bupati Ngawi, Budi Sulistyono didampingi Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Ngawi, jajaran pejabat Pemerintah Kabupaten Ngawi, sejumlah tokoh masyarakat setempat.

Bupati Ngawi, Budi Sulistyono mengatakan upacara adat ini akan dikembangkan terus karena potensinya sangat luar biasa, “Ini tidak hanya sekedar melestarikan budaya tetapi juga untuk mengembangkan potensi pariwisata disini,” ungkapnya.

Budi Sulistyono menjelaskan sektor wisata mampu menjadi sumber ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, “Kita akan kembangkan lagi lebih tajam, menjadi sumber wisata dan ekonomi,” lanjutnya.

Senada dengan Bupati Ngawi, Plt. Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Raden Rudi Sulisdiana mengatakan kedepannya tradisi ini akan dikembangkan dan dilestarikan, bahkan dipatenkan, “Keduk Beji menjadi salah satu ikon wisata di Kabupaten Ngawi, yang akan di patenkan. Kami akan presentasikan di Jakarta dalam waktu dekat ini, sehingga tidak bisa diklaim daerah lain,” ungkap Raden Rudi.

Acara tahunan ini, mampu menyita perhatian masyarakat, tidak hanya sekitar tetapi juga luar daerah, terlihat dari berjubelnya penonton ketika prosesi dimulai. (nf/la/kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa Tutup Pasar Rakyat Muslimat NU

di %s Hari Jadi Ngawi Ke-661 2,264 views

Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) gelar acara Pasar Rakyat Muslimat (PRM) di Alun – Alun Merdeka Ngawi, Rabu – Minggu (24 – 28/7). Acara ini dibuka langsung Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar, Rabu (24/7).

Dalam sambutannya, Ony Anwar mengatakan kegiatan ini merupakan komitmen Muslimat NU sebagai partner Pemerintah dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan khususnya untuk prosuk unggulan Kabupaten Ngawi, “Selain itu kegiatan seperti ini bisa menjadi bagian penguat peningkatan kesejahteraan dan kemajuan wisata di Ngawi,” katanya.

Disela acara Wabup juga mengungkapkan saat ini Pemkab Ngawi sedang giat dan serius di sektor pariwisata, salah satunya pengembangan obyek wisata di utara lereng Gunung Lawu, “Istilah yang kita pakai Kene Bejo (Kendal, Ngrambe, Jogorogo,red), wilayah ini potensi alamnya sangat luar biasa. Alhamdulilah, masyarakatnya juga memiliki energi positif,” ungkapnya.

Ony Anwar berharap pasar rakyat ini bisa memberikan manfaat yang lebih bagi masyarakat, “Terutama bagi peningkatan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Sementara pada penutupan acara ini, Minggu (28/7) hadir Gubenur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Menurut Khofifah, acara ini untuk mewujudkan sebuah pengabdian disamping membangun keseimbangan antara dimensi sosial, keagamaan dan ekonomi yang harus berjalan beriringan, “Muslimat harus bersinergi untuk bisa menggerakkan sektor Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Koperasi terutama pada lini masyarakat paling bawah,” katanya

Dengan menggandeng Pemerintah Daerah, Khofifah berharap acara ini bisa menjadi media bagi pelaku UKM terutama Muslimat NU, untuk mengembangkan usahanya termasuk cara pemasarannya, “Bagaimana Muslimat secara bersama sama bisa menjadi bagian yang melakukan intermediasi, dari pelaku usaha kecil, menengah untuk bertemu dengan buyer-nya. Apalagi pembeli ini punya jaringan yang lebih luas,” ungkapnya.

Di era digitalisasi ini, Gubenui Jatim meminta pelaku usaha di Muslimat NU melek terhadap sistem penjualan melalui online, mengingat jangkauannya tidak terbatas. “Digitalisasi ekonomi harus diakses oleh muslimat NU,” tandasnya. Pun, Khofifah menghimbau pelaku usaha yang ikut serta dalam acara ini terus melanjutkan eksistensinya, tanpa harus menunggu event  yang sama diwaktu mendatang.

Juga hadir dalam penutupan acara ini, Sekretaris Daerah Ngawi Mokh Shodiq Triwidiyanto, Ketua DPRD Ngawi, Dwi Riyanto Djatmiko dan seluruh pengurus dan  Muslimat NU se Kabupaten Ngawi. (nf/kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Jamasan Pusaka, Bupati Minta Masyarakat Tahu Sejarah Ngawi

di %s Seni Budaya 1,942 views

Jamasan pusaka telah menjadi tradisi yang tidak bisa ditinggalkan dari rangkaian peringatan Hari Jadi Ngawi.Tahun ini, prosesi jamasan dilakukan di Pendopo Wedya Graha, Senin (1/7).

Dalam prosesi ini ada dua buah tombak diantaranya Kyai Singkir dan Kyai Songgo langit, juga dua buah payung pusaka yakni Tunggul Wulung sertaTunggul Warono dengan air khusus yang disiapkan para sesepuh Ngawi.

Acara yang berlangsung khidmat ini dihadiri Bupati Ngawi, Budi Sulistyono, Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar, Ketua DPRD Ngawi, Dwi Rianto Djadmiko, Sekretaris Daerah Ngawi Mokh Sodiq Triwidiyanto, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), dan pejabat dilingkup Pemerintah Kabupaten Ngawi.

Menurut Bupati Ngawi, kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun menjelang hari jadi. “Piandel Kabupaten Ngawi ini setiap tahunnya dijamas atau dicuci. Alhamdullilah, dimana kita masih diberi kesempatan momong Kabupaten Ngawi sampai saat ini yang ke 661,” katanya.

Bupati meminta masyarakat semakin mengerti sejarah terutama Kabupaten Ngawi, yang sudah ada sejak 661 tahun silam, “Kami berharap seluruh warga Ngawi mengenang berdirinya Kabupaten Ngawi, bahkan sebelum ada pemerintahan. Semua berawal dari pemberian otonomi oleh kerajaan Majapahit, itulah tanda kelahiran Kabupaten Ngawi,” jelasnya.

Di Hari Jadi Ngawi ke 661 ini Budi Sulistyono berharap Kabupaten Ngawi bisa terus berbenah untuk kesejahteraan masyarakat,“Ya, kerukunan dan kebersamaan harus terus kita jaga. Pembangunan terus kita upayakan agar merata di semua lini serta kesejahteraan masyarakat semakin baik,” tuturnya.

Prosesi jamasan ini diawali dengan Tari Gambyong Tosan Aji dari Sanggar Sri Budaya pimpinan Sri Widajati, dilanjutkan dengan mundhut dan lolos pusoko Kyai Singkir dan Songsong Tunggul Wulung oleh Bupati Ngawi, sedangkan Kyai Songgo Langit dan Songsong Tunggul Warono oleh Wakil Bupati kemudian diserahkan kepada pangasto pusoko lantas boyong medhal serta diiringi seluruh Forkopim dan menuju kuncungan pendopo.

Saat proses jamasan diiringi rerepan gendhing Jamasan Pusoko dengan 30 saraswati, dan setelah selesai piandel ini dikembalikan lagi ke Gedhong Pusaka Pendopo Wedya Graha. Dan acara sakral ini ditutup dengan tari Orek – Orek dan gunungan hasil bumi untuk diperebutkan warga yang turut menyaksikan acara ini. (nf/kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares
Go to Top