
Buah dan Sayur Ampuh Tangkis Kanker
SEBUAH penelitian di Korea menemukan bahwa buah dan sayuran dapat membantu melindungi tubuh dari serangan kanker usus besar. Senyawa luteolin dan flavonoid yang terdapat banyak di buah dan sayuran terbukti memiliki anti inflamasi, anti oksidan, dan anti kanker.
Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa bahwa luteolin mampu menghambat aktivitas jalur sel sinyal (IGF dan PI3K) yang penting untuk pertumbuhan kanker pada sel kanker usus besar.
Para peneliti dari Korea menunjukkan bahwa luteolin mampu memblokir sekresi IGF-II oleh sel kanker usus besar dan dalam waktu dua jam dengan cara menurunkan jumlah reseptor (IGF-IR) protein precursor, selain itu Luteolin juga mengurangi jumlah reseptor aktif (diukur dengan IGF-I fosforilasi).
Penelitian yang dipimpin oleh Prof Han Jung Yoon Taman, menemukan bahwa sel luteolin yang terkena jalur sinyal yang diaktifkan oleh IGF-I pada kanker dan Luteolin menghambat efek stimulasi pertumbuhan IGF-I.
“Studi kami, menunjukkan bahwa luteolin mengganggu sel sinyal pada sel kanker usus besar,” kata Yoon Taman.
Hasil penelitian tersebut menjadi penambah deret bagaimana pentingnya konsumsi buah dan sayuran dalam kehidupan sehari-hari, agar terbebas dari beragam penyakit, khususnya kanker (MediaIndonesia)
Buku Tiga Dimensi Hasil Riset
Tingkat keterbacaan yang rendah terhadap hasil-hasil riset LIPI dibenahi dengan menyajikan ke dalam program Buku Tiga Dimensi. Dengan berbasis situs internet, program ini dapat dinikmati layaknya memegang buku yang diimbuhi tautan streaming film audiovisual hasil riset atau rekayasa animasinya.
Saat ini baru tergarap sekitar 70 buku dari hasil riset menjadi buku tiga dimensi,” kata peneliti sistem informasi pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI), Slamet Riyanto, Kamis (9/2), di Jakarta.
Ia mengatakan, baru tahun 2011 program Penelitian Pengembangan Framework Database Buku Tiga Dimensi dijalankan. Program ini untuk mengembangkan sistem buku elektronik dengan format tiga dimensi, terutama untuk hasil- hasil riset LIPI.
Prototipe sistem Buku Tiga Dimensi telah diimplementasikan di situs internet LIPI, yaitu www.web.lipi.go.id/ebooklipi. Di situs itu disebutkan terdapat 34 buku mengenai biologi, 19 buku geologi, satu buku pertanian, dan satu buku sejarah.
”Konsep tiga dimensi terletak pada sajian konten yang menyerupai buku. Tetapi, program ini masih membutuhkan banyak pengembangan,” kata Slamet.
Pengembangan yang ditargetkan, menurut dia, antara lain tautan ke streaming video pada situs www.bit.lipi.go.id/streaming. Kemudian animasi gerak dari hasil-hasil riset sehingga mudah dicerna masyarakat.
Slamet memberikan ilustrasi animasi dari hasil riset pengelolaan air tawar di pulau kecil. Animasi tersebut menggambarkan mekanisme mendapatkan air tawar dari lapisan bawah tanah di sebuah pulau kecil.
”Model animasi hasil riset pengelolaan air tawar di pulau kecil seperti ini lebih mudah dipahami masyarakat daripada membaca jurnal atau hasil riset ilmiah tersebut,” kata Slamet.
Optimalisasi
Peneliti sistem informasi PDII LIPI lain, Hendro Subagyo, mengatakan, program Buku Tiga Dimensi adalah optimalisasi penyampaian hasil riset ilmiah dari para peneliti LIPI. Tanpa disadari, termasuk oleh pemerintah, selama ini hasil riset yang bernilai, atau setidaknya dibuat dengan dana tidak sedikit, kerap kali terbengkalai tak termanfaatkan.
”Laporan penelitian yang dikerjakan dengan anggaran puluhan hingga ratusan juta rupiah selalu harus disajikan ke dalam teks laporan minimal enam halaman. Tetapi, pemanfaatannya masih sangat rendah,” kata Hendro.
Putut Irwan Pudjiono, mantan Kepala PDII LIPI, mengatakan, penyampaian hasil-hasil riset agar mudah dicerna dan diterapkan masyarakat menjadi sangat penting. Di situ peran penting multimedia, seperti dengan membuat program Buku Tiga Dimensi ini.
Menurut Putut, kehilangan inventaris yang berbentuk seperti meja atau kursi milik pemerintah justru lebih dipedulikan daripada kehilangan laporan hasil riset yang berbentuk lembaran kertas.
”Hilangnya laporan hasil riset atau tidak bisa dimanfaatkannya hasil riset seperti tidak pernah dipermasalahkan. Penyajian melalui program Buku Tiga Dimensi, selain memudahkan masyarakat untuk mencerna hasil penelitian, juga untuk memelihara hasil-hasil riset yang dimiliki,” kata Putut. (KompasTekno)
Kulit Manggis Bisa Hambat Penuaan
Ada kabar menggembirakan bagi anda yang ingin tampak awet muda. Kini, ada penemuan dari ilmuwan untuk menghambat penuaan. Satu penelitian yang dilakukan ilmuwan Institut Pertanian Bogor menemukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) dapat bermanfaat untuk menghambat proses penuaan (anti-aging).
“Pada kulit bagian dalam buah manggis terdapat senyawa ‘xanthone’, yang merupakan bahan aktif yang bersifat anti-kanker dan anti-oksidan yang sangat tinggi, bahkan beberapa kali lipat melebihi kekuatan vitamin C dan E, di mana ‘xanthone’ juga mampu menghambat proses penuaan,” kata Dr Ir Indah Yuliasih, peneliti Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB di Bogor, Jawa Barat, Kamis (2/2).
Usai pemaparan mengenai “xanthone juice” di Kampus IPB Baranangsiang, kepada Antara ia mengemukakan bahwa “xanthone” adalah kelompok senyawa bioaktif yang mempunyai struktur cincin enam karbon dengan kerangka karbon rangkap. “Turunan ‘xanthone’ berupa @-mangostin, merupakan komponen yang paling banyak terdapat pada kulit manggis,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa “xanthone” dari kulit manggis itu menunjukkan bahwa pada kulit buah itu dapat bermanfaat bagi kesehatan. “Selama ini, buah manggis hanya diambil manfaat pada buahnya saja, padahal justru pada kulitnya bermanfaat dan punya nilai ekonomi yang lebih tinggi,” katanya.
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, dan Thailand mendapatkan ekspor manggis dari Indonesia. Pelaku bisnis di negara-negara tersebut, katanya, mengimpor buah manggis Indonesia dalam bentuk segar, namun sebenarnya yang diincar adalah justru kulit buah tersebut.
Menurut Indah, cukup mudah untuk memanfaatkan kulit buah manggis bagi kemanfaatan kesehatan dimaksud, yakni membuatnya menjadi jus, dan kemudian dicampur dengan bahan herbal dan organik lainnya. Untuk formulasi dalam bentuk sirup, rinciannya, kata dia, sumber “xanthone” dari filtrat kulit manggis, ditambah sumber pemanis dari madu atau gula, dengan pewarna alami ekstrak bunga rosela. Sedangkan untuk rasa bisa dari buah-buahan seperti apel atau anggur.
“Pemanfaatan kulit buah manggis tersebut bisa dilakukan dalam skala rumah tangga hingga industri besar,” katanya dan menambahkan bahwa pelaku usaha di Indonesia sudah ada yang memanfaatkannya dalam skala bisnis, namun dilakukan dengan pemasaran multi level marketing (MLM) yang sulit ditemukan di pasaran umum. (Republika)