Monthly archive

June 2011

Ditengarai : Razia WTS Terkesan Setingan

di %s Berita 709 views

Magetan Kumandang. Bocor dan selalu bocor. Mungkin setingan atau kesannya biar Pemerintah Magetan ada kegiatan, itulah polemic yang tersebar di kalangan masayarakat  Magetan, sebab, beberapa kali Sat Pol PP Satuan Polisi Pamong Proja setiap adakan razia WTS di sepanjang jalan Desa Malang dan Maospati gagal dan tak pernah buahkan hasil.

“Sampai keheranan, kami harus bagimana lagi, sebelum menjalankan razia WTS, bermacam langkah kami lakukan supaya razia WTS tidak bocor lagi. Sampai –sampai HP anggota saya sita dulu sebelum adakan razia WTS,bahkan sebelum rapatpun saya sita,”kata scondany kepala Sat Pol PP.

“ Penyitaan HP ini kami lakukan demi lancarnya operasi penertiban di kawasan desa setempat. Kami bantah kalau operasi ini adalah setingan atau terkesan biar pemerintah ada kegiatan,ini kami lakukan sesuai perintah dari atasan bukan setingan, kalau dei katakana setingan itu tidak benar,”tegas scondany.

Sat Pol PP hingga sampai detik ini belum bisa menemukan siapa pelaku yang membocorkan operasi rasia PSK.” Tapi saya yakin bahwa yang membocorkan razia ini pasti orang yang kenal dekat dengan dengan petugas.Dan Kalau memang dari anggota saya yang membocorkan, saya janji akan memberi sanksi berat, terangnya.CNG.

Sebar dan Bagikan :

Shares

Kesal Dengan Ulah Penjual Kaki Lima Di Sarangan

di %s Berita 699 views

Magetan Bumi Indonesia. Telaga Wisata Sarangan, sedikitnya ada 10 sarana tempat duduk untuk peristirahatan pengunjung yang tersebar di pinggir telaga. Namun dari sekian sarana tempat duduk di salah gunakan oleh para penjual sate maupun makanan lainnya untuk berjualan.

Hal ini, sangat merugikan pengunjung. “Seharusnya sarana  tempat duduk di peruntukan  pengunjung untuk bersantai  berubah fungsi di jadikan tempat jualan sate maupun jajan lainnya oleh warga setempat,” kata Rizal pengunjung asal Surabaya.

“Ini perlu ada penegaskan dari pihak terkait  mengingat sarana tersebut di peruntukan bagi kami yang sedang berkunjung,” ungkapnya

“ Bagimana tidak kesal mas, setiap berkunjung ke Sarangan bersama keluarga sesampai di tempat, saya jarang bahkan tidak pernah menemui tempat itu kosong dari penjual. Melihat sudah di tepati penjual saya bersama keluarga setelah jalan-jalan memilih duduk di bibir telaga, meskipun kami harus extra hati-hati takut kalau ke jebur,” jelasnya.

Lebih dari  100 penjual sate kelinci dan bakso tiap bulannya di tarik iuran sebesar RP.9.000,00, oleh petugas. Salah satunya dari sekian penjual kaki lima di telaga Sarangan terutama yang menepati tempat duduk pengujung mereka merasa lebih nyaman, sebab, dari pihak setempat tidak pernah menengur.”Saya sudah lebih kurang 2 tahun menepati tempat ini, tetapi  tidak ada yang menegur,”kata Rusmini salah satu penjual.

Selain di tepati berjualan oleh kaki lima, tempat duduk yang mestinya untuk para pengujung, banyak di temui yang sudah rusak parah, bahkan ada pula papan untuk duduk hilang. “ Waduh saya juga tidak tahu mas, kalau masalah mengapa tempat duduk pengunjung di perbolehakan untuk jualan di situ, yang saya tahu papan duduk hilang tersebut memang di lepas oleh warga setempat, untuk apa saya tidak tahu persisinya,” kata Amir pengelola salah satu hotel di Sarangan.CNG.

Sebar dan Bagikan :

Shares

Dengan Hari Pancasila Kokohkan Hidup Rukun

di %s Berita 718 views

Magetan Kumandang. Memperingati Hari Lahirnya Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni. PDI.Perjuangan mengelar acara bertajuk ‘Hidup Berkumpul dan Rukun’ Acara ini di ikuti Kader PDI.Perjuangan se Kabupaten Magetan.

Acara yang di gelar di Gedung PDI.Perjuangan Magetan ini dihadiri Sirmaji Ketua DPD Dewan Pimpinan Daerah PDI.Perjuangan Propinsi Jawa Timur, Bupati Magetan Sumantri, Ketua DPRD Magetan Joko Suyono, dan mantan Ketua DPC PDI.Perjuangan sekaligus mantan Ketua DPRD Kabupaten Magetan Prayogo periode tahun 2004-2009.

Ketua DPC PDI.Perjuangan Kabupaten Magetan Samsi mengatakan, di hari lahirnya Pancasila ini mengharapkan ke kader PDI.Perjuangan lebih baik berkumpul dan hidup saling rukun, dari pada berkumpul akan tetapi tidak rukun. Akan lebih baiknya tidak kumpul tetapi rukun. “ Karena hidup berkumpul dan rukun akan membentuk kekuatan yang sangat baik. Maka itu wajib hukumnya semua kader PDI.Perjuangan Magetan tampil paling depan untuk menjaga Pancasila tetap utuh,” jelasnya.

Sementara itu, dalam kesempatan ini Bupati Magetan Sumantri mengatakan, momen seperti ini sangat perlu kita peringanti, khususnya bagi pemuda-pemuda genarasi bangsa yang akhir-akhir ini sudah lupa akan Pancasila.” Sebenarnya atas nama pribadi saya sangat menyayangkan dengan generasi penerus bangsa saat ini, seolah-olah mereka lupa bahkan sampai tidak tahu apa arti dan makna Pancasila itu sendiri,” jelasnya.

“ Kami berharap semua element masyarakat dari tingkat bawah maupun atas selalu menjaga dan memperingati hari larinya Pancasila, sebab, Pancasila adalah dasar hidup bangsa Indonesia. Dan saya setuju kalau acara ini tiap tahun di adakan terus. Dengan acara seperti ini, bangsa Indonesia akan bisa mengetahui pentingnya makna Pancasila dalam kehidupan sehari-hari ”katanya .CNG

Sebar dan Bagikan :

Shares

Hanya Karena Uang Rp. 150.000, Berhenti Sekolah

di %s Berita 1,022 views

Magetan Kumandang. Andik Saputra seorang bocah warga Desa Terung Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur mulai tahun ajaran 2011 terpaksa berhenti sekolah gara-gara tidak mampu membayar uang tembusan ijazah SD (Sekolah Dasar) sejumlah Rp. 150.000, 00.
Cita-cita tinggal cita-cita, ingin menjadi seorang tentara hanya impian saja, yang ada dalam pikiran Andik mencari kayu bakar dimana . “ Iya mas, cita-citanya Andik ingin jadi Tentara, tapi la piye neh…kango ragat sekolah ae ora ono duit, kok ke pikir mau jadi tentara, iki dino iso mangan wae wis Alhamdulilah mas,” kata Sukir orangtua Andik.

“Jane yo eman mas nek Andik iki ora sekolah ….terus la piye neh, aku dewe leh kerjo dadi buruh tani kadang enek kadang ora enek. Nek ibun’e Andik nek Jakarta kerjo umbah-umbah, kuwi wae cukup kango mangan nek kono,” jelasnya, sambil membelah kayu.
Andik tergolong anak pandai, keinginan sekolah sangat tinggi. “ Andik mulai berhenti sekolah tahun iki mas, mau ke SMP harus punya ijasah SD, sedangkan buat nebus ijasah’e ae g ada duit arep kepikiran sekolah SMP,” ungkap bapak 3 anak ini.

Andik anak bungsu dari 2 bersaudara, kakaknya sudah berkeluarga semua. Menurut keterangan bapaknya, hasil mereka sudah cukup buat makan dan biaya anak sekolahnya. “ Arep ngiwangi piye neh mas, buat biaya keluarganya saja pas-pasan, moso kon ngiwangi biaya sekolah adikne, yo mesane to mas, jane mas-mas,’e yo pingin nyekolahne adi’ne ,” jelas Sukir sambil mengikat kayu bakar.

Mereka hidup di atas tanah sewa milik tetangganya. “ Sebenarnya hanya di suruh menepati saja mas, bayarnya semampunya yang punya tanah tidak mematok harga, dulu pernah buka warung di sini tapi tutup,selain sepi, mereka yang datang ke warung banyak yang utang, jadinya bangkrut. Ya modal buka Rp.30.ribu pagi sampai malem cuman dapat Rp.10 ribu,akhire ibu’ lare-lare di jak wong nik Jakarta,” kata Sukir.

Andik Saputra sebagian anak bangsa yang putus sekolah karena keadaan orang tuanya di bawah garis kemiskinan.”Sebenernya masih pingin sekolah mas, terus mau bagimana lagi orang tua sudah tidak mampu, ya terpaksa membantu cari kayu bakar, mengembalakan kambing orang, membantu ke sawah, dan setiap pagi dan sore memasakkan makanan buat bapak,” jelas Andik sambil membawakan minuman buat bapaknya.CNG.

Sebar dan Bagikan :

Shares
Go to Top