Category archive

Berita - page 497

Pemkab Galakkan Gerakan Tanam Padi Serentak

di %s Berita/Informasi 481 views

Penurunan produksi akibat serangan hama wereng pada musim panen tahun lalu menjadi pelajaran berharga bagi Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Ngawi. Untuk mengurangi dampak penyakit tanaman yang menyerang padi, Dinas PTPH menggalakkan gerakan menanam padi secara serentak di Desa Sambiroto, Kecamatan Padas. Bahkan, Bupati Budi Sulistyono dan Kepala Dinas PTPH Marsudi tak segan turun langsung menanam padi bersama puluhan warga hingga membuat suasana semakin semarak penuh semangat. “Tahun lalu (2011) produksi padi turun 17,85 persen karena wereng. Dengan tanam serentak akan memutus siklus organisme pengganggu tanaman,”terang Marsudi.

Banyak manfaat yang diperoleh dari tanam padi secara serentak. Di antaranya, efisiensi atau penghematan penggunaan air, karena mayoritas pertanian di Ngawi memiliki sistem terasering. Hal ini dinilai menguntungkan lantaran tiga waduk yang ada di Ngawi (Waduk Kedungbendo, Pondok dan Sangiran) dalam posisi penyimpanan air hingga produksi padi tahun ini. Hingga Oktober lalu produksi sudah menembus 708.959 ton gabah kering giling atau melebihi target 4 persen. Dia optimistis jika petani mematuhi sistem pola tanam padi-padi-­palawija, tanaman padi di Ngawi bebas dari hama seperti wereng, sundep, dan pengerek batang. “Ngawi masuk lima besar lumbung padi Jatim. Jadi perlu digalakkan tanam padi serentak agar bisa mempertahankan posisi itu atau bahkan masuk tiga besar,” ungkapnya.

Bupati Budi Sulistyono mengatakan, sektor pertanian Ngawi berpotensi bisa meningkatkan taraf hidup petani dengan cara pembelian gabah melalui gapoktan. Saat ini luasan lahan tananan padi di Ngawi mencapai 118.472 hektar dengan capaian gabah kering giling hampir 709 ribu ton.

Dia menambahkan, panen padi di Ngawi lebih awal dua bulan dibanding daerah lain di Jatim sehingga menjadi primadona. Oleh sebab itu, dia menstimulus pembelian gabah di gapoktan dengan harga beli lebih tingi dibandingkan daerah lain. “Dengan begitu saya yakin taraf hidup petani akan lebih baik dan value-nya akan meningkat,” ujarya. (jawapos-radarngawi)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Dari Wheellie Hingga Stoppie di HUT Korpri Ngawi

di %s Berita/Informasi 400 views

Aksi freestyle yang menguji adrenalin ditunjukan sejumlah freestyler lokal di jalur tengah Alun-alun Merdeka kemarin (01/12). Dengan berbagai gaya akrobatik, mereka tampak piawai menghibur ratusan penonton yang menjubeli arena. Bahkan, Sekretaris Daerah (sekda) Mas Agoes Nirbito yang juga berada di kerumunan penonton sempat mengacungkan tangan tanda kekagumannya. “Salut dengan aksi-aksinya,” terang Mas Agoes Nirbito di sela-sela kerumunan penonton. Aksi freestyle kerap melakukan stoppie (mengangkat roda belakang), burnout (memutar roda belakang saat berhenti) dan wheelie (mengangkat roda depan disertai gerakan memutar). Sayangnya, arena yang sempit membuat sebagian freestyler kesusahan memaksimalkan aksinya. Bahkan, tak jarang harus menabrak trotoar saat melakukan gerakan wheelie. “Kalau lokasinya luas, mungkin mereka (freestyler) bisa lebih memberikan tontotan menarik.” ungkapnya.

Rudi Sulisdiana, koordinator kegiatan mengatakan, kepiawaian para freestyler lokal ini mayoritas secara otodidak. Karena sering menonton aksi-aksi serupa di even-even otomotif, memunculkan keinginan untuk menirukan. Lantas memperagakan secara perlahan. “Pasti sering terjatuh saat latihan. Tapi kalau sudah mahir seperti ini, resiko kecelakaan bisa diminimalkan,” urainya. Aksi freestyle ini membarengi kegiatan touring wisata kuliner yang digagas Pemkab. Diawali dari warung makan di pinggir Bengawan Solo di Desa Dumplengan, Pitu. Peserta touring yang jumlahnya mencapai 700 unit sepeda motor lantas mengelilingi kawasan Ngawi barat dan selatan. Seperti Kecamatan Kedunggalar, Widodaren, Ngrambe, Jogorogo, Kendal, Gerih, Geneng, Paron dan kembali lagi ke Kota. (jawapos-radarngawi)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Jatim Bisa Surplus Beras Sampai 3,6 Juta Ton

di %s Berita/Informasi 439 views

Faktor cuaca dari kemarau yang cukup panjang di pertengahan 2012 hingga awal November lalu kerap membayangi penurunan produksi padi Jatim. Bahkan, alih fungsi lahan tanam padi menjadi komoditi palawija juga diperkirakan menurunkan produksi beras. Namun, Dewan Ketahanan Pangan Jatim berkeyakinan jika Jatim masih bisa mengalami surplus beras hingga 3,6 juta ton.

“Pemprov Jatim telah berupaya meningkatkan produksi padi, sehingga tetap akan surplus beras karena produksi padi relatif stabil dan tidak mengalami puso akibat kemarau panjang atau terkena serangan hama maupun penyakit.. Surplus bisa mencapai 3-3,6 juta ton,” kata Ketua Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Jawa Timur, Nuvil Hanani, Kamis (29/11).

Menurut dia, kendati dibayangi kondisi tingginya alih fungsi lahan, namun sejauh ini Jatim masih sebagai daerah penyumbang padi untuk kebutuhan nasional dengan menyumbang sekitar 30% dari kebutuhan nasional.

Tingkat alih fungsi lahan produktif di Jawa Timur lanjut dia sudah memasuki tahap mengkhawatirkan. Dan setiap tahun disinyalir tak kurang 1.200 hektare lahan pertanian sudah mengalami alih fungsi menjadi kawasan industri, pemukiman, dan perumahan.

“Jika alih fungsi tersebut terus berlangsung dan tidak bisa direm maka akan membawa dampak pada penurunan produksi padi di Jawa Timur karena tingkat alih fungsinya sudah cukup gawat,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur sendiri untuk menjaga agar kemampuan produksi padi di wilayahnya tidak terus turun akibat alih fungsi lahan tersebut telah menyiapkan sejumlah solusi di antaranya menyiapkan teknologi hingga membangun embung-embung baru.

Bahkan untuk mengatasi penurunan diantaranya lewat teknologi bagaimana benih yang ditanam bisa lebih pendek masa tanamnya namun produktifitasnya tinggi atau ke depan membangun embung-embung baru.

Kendati optimsitis beras tetap surplus namun tidak untuk kedelai. Menurut Nuvil margin yang kecil membuat petani di Jawa Timur enggan menanam kedelai. Petani lebih suka bertanam jagung yang dinilai mempunyai keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai.

“Akibatnya lahan tanam untuk kedelai cenderung tergerus oleh jagung. Sehingga cukup wajar jika produktivitas kedelai di Jawa Timur lebih rendah dibandingkan dengan jagung,” jelasnya.

Selain itu, kondisi cuaca hujan yang masih belum merata hingga akhir November ini membuat petani masih belum berani menanam padi. Di sebagian wilayah musim tanam sudah mulai dilakukan, namun kebanyakan musim tanam bakal dilakukan Desember mendatang. Hal ini karena saat itu diprediksi curah hujan akan berlangsung normal.

Berdasarkan ramalan BMKG, hujan baru akan mulai November. Namun tidak bisa langsung dimanfaatkan petani untuk mengolah lahan dan menanaminya. Butuh waktu agar air permukaan (air hujan) dan air irigasi cukup untuk persiapan tanam. Itu berarti musim tanam baru akan mulai serentak awal Desember. (kominfo.jatimprov.go.id)

Sebar dan Bagikan :

Shares
Go to Top