Ngawi Duta Seni Jatim Pada HUT TMII Ke-38

di %s Berita/Informasi 777 views
Banner

NGAWI DUTA SENI PROVINSI JATIM PADA HUT TMII KE 38Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta berdiri tanggal 20 April 1975 dan pada tanggal 20 April 2013 genap berusia 38 tahun. Pada HUT yang ke-38 ini mengundang 33 Provinsi se Indonesia untuk mengadakan pameran produk unggulan, kesenian dan pawai keliling TMII.
Kabupaten Ngawi ditunjuk sebagai duta seni Provinsi Jatim pada HUT TMII ke-38 dengan mengadakan pameran produk unggulan  Teh Jamus dan batik khas Ngawi serta menampilkan kesenian Wayang Apem cerita legendaris  terjadinya nama  Ngawi dan juga mengikuti pawai. Pagelaran Wayang Apem yang mengambil judul ‘Kawentare Bumi Ngawi’ mendapat sambutan hangat dari penonton yang berjubel di Gedung Kesenian TMII  Anjungan Provinsi Jatim.

Apem pada umumnya lebih dikenal karena sebagai sebuah makanan kecil yang dibuat dari dua bahan pokok yaitu beras ketan yang memiliki makna simbol pliket (rekat) dan tape (fregmentasi singkong). Dua bahan ini dikategorikan makna simbol bahan yang baik dan yang busuk namun setelah kedua bahan diproses dengan pengendapan maka akan menjadi makanan enak. Proses pengendapai inilah yang kami ambil maknanya untuk sebuah karya seni yang bernama Wayang Apem.
Penyajian makanan kecil apem dibedakan  dengan dua kepentingan yaitu untuk kehidupan manusia dan untuk sesaji dalam kontek kepercayaan budaya Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa apem bertautan dengan kehidupan nyata dan tidak nyata. Apem disajikan secara makro.

6Wayang Apem merupakan hasil dari kristalisasi budaya “woh pangolahing lahir lan batin” masyarakat Ngawi. Beberapa bentuk kesenian khas yang ada dan berkembang di Kabupaten Ngawi diramu menjadi salah satu pertunjukan.
Pencipta Wayang Apem Eko Wahyu Prihantoro, M.Sn mengatakan, “Karya seni Wayang Apem singkatan dari a

++lternatif pendekatan masyarakat. Melihat perkembangan kesenian yang semakin marak dengan berbagai macam bentuknya, maka penciptaan karya ini awalnya mendapat dukungan dari Bupati Ngawi Ir. Budi Sulistyono yang waktu itu masih menjabat  Wakil Bupati adalah sebagai alternatif atau trobosan baru hasil pengendapan atau kristalisasi pemikiran dan usaha seniman dan pemerintah daerah Kabupaten Ngawi untuk mensikapi perkembangan karya seni Wayang Apem tersebut”, ungkapnya.
Pertunjukan Wayang Apem dengan judul “Kawentare bumi Ngawi”  menceritakan  tersohornya tanah kelahiran yang ada di dataran tinggi. Dimana raja Mataram Prabu Maha Diyu ingin mengadakan ekspansi wilayah ke kerajaan Jogorogo yang dipimpin seorang putri bernama Dewi Duhita (Wijayindu  Dewi) namun kehadirannya tidak diterima oleh Rekatha (kepiting besar) dan diajak berperang, Dewi Duhita ditolong oleh seorang pemburu bernama  Lubdaka dengan menggunakan pusaka Gigit Awi pemberian Dewa Shiwa berhasil membunuh Rekatha tersebut. Cerita ini diambil dari sejarah terjadinya nama Ngawi.

7Ketua tim kesenian Kab. Ngawi yaitu Kadin Dispariyapura Kab. Ngawi Agus Santoso mengatakan “Tujuan digelarnya Wayang Apem ini untuk mensosialisasikan kepada warga Ngawi yang bedomisili di Jakarta betapa indahnya pertunjukan seni ini dan agar mengenal sejarah terjadinya nama Ngawi dan juga ingin menampilkan budaya-budaya yang lama tidak ditampilkan agar menjadi katalisator seniman dengan pemerintah Kab. Ngawi”, ungkapnya. Lebih lanjut Bupati Ngawi Ir. Budi Sulistyono mengatakan, “Setelah kita canagkan ngawi berbudaya semua potensi-potensi budaya dan seni di Kab. Ngawi harus dioptimalkan kembali sehingga Ngawi yang berbudaya dan mempunyai seni yang tinggi akan muncul dan lebih bergairah, maka salah satunya munculnya cerita terjadinya Ngawi dalam bentuk sendra tari Wayang Apem sehingga masyarakat Ngawi mengenal bagaimana terjadinya cerita Kabupaten Ngawi tercinta ini, munculnya karya seni Wayang Apem ini dapat menjadi  motivasi para seniman lain, sehingga dapat menciptakan karya seni asli Kabupaten Ngawi dan membuat sanggar-sanggar seni untuk menciptakan Ngawi berbudaya”, ungkapnya. (tiwi/majalahkapas.com)

Sebar dan Bagikan :

Shares