Hujan semalaman yang mengguyur wilayah Ngawi dan sekitarnya tak urung membuat perasaan was-was bagi sebagian warga apalagi mereka yang tinggal di dekat bantaran Kali Madiun yang kondisinya mulai meluap. Dari pantauan dilokasi menunjukan permukaan air hampir menyentuh bibir plengsengan.
“Kalau saja nanti malam hujan lagi semalam suntuk dipastikan luapan Kali Madiun akan masuk ke areal perkampungan,” terang Suyono, warga Dusun Pojok, Desa Beran, Kecamatan Ngawi Kota, Kamis (3/1).
Dengan adanya ancaman banjir tersebut dirinya mulai mempersiapkan segala sesuatu guna pengamanan harta benda miliknya. Sejak terjadi hujan yang terus-terusan sejak tiga hari ini papar Suyono, dirinya mulai mengamankan barang-barang berupa perabotan rumah tangga dengan menaruh dibagian atas yang sekiranya jauh dari jangkauan air.
Imbuhnya, pengalaman banjir yang paling parah terjadi diwilayahnya terjadi pada tahun 2007. Saat itu ketinggian banjir sampai atap rumah sehingga tidak pelak dirinya bersama seluruh keluarga terpaksa mengungsi hingga beberapa hari ke tempat yang aman. “Mudah-mudahan tahun ini aman-aman saja tidak terjadi banjir, meski demikian kita tetap waspada terhadap datangnya banjir luapan Kali Madiun itu,” kata Suyono.
Mendasar kondisi rawan banjir tersebut pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi mulai meningkatkan kewaspadaan dalam 24 jam. Seperti keterangan dari Kepala BPBD Kabupaten Ngawi, Eko Heru Cahyono, dalam menghadapi banjir tahunan kiriman dari Kali Madiun dan Bengawan Solo pihaknya sudah posisi siaga diberbagai tempat yang masuk wilayahnya.
Bahkan jauh hari pihaknya sudah membentuk tim tanggap banjir di sejumlah wilayah yang dianggap rawan terjadinya banjir. Tim tersebut sudah dibentuk di tujuh kecamatan seperti Kwadungan, Pangkur, Geneng, Ngawi Kota, Pitu, Mantingan dan Kedunggalar. “Kami telah mempersiapkan perahu karet dan pelampung jika dibutuhkan sewaktu-waktu bila banjir datang untuk mengevakuasi korban,” jelas Eko Heru Cahyono.
Dan yang telah disediakan saat ini menurutnya ada 6 perahu karet yang ditempatkan di wilayah dalam kota dan 2 perahu karet ada di Karanganyar. Selain itu untuk mempercepat informasi terjadinya banjir BPBD juga bekerja sama dengan Rapi dan Orari sebagai bantuan komunikasi.
Kemudian guna melihat tingkatan siaga rawan banjir, BPBD Kabupaten Ngawi membeberkan status siaga mendasar ketinggian permukaan air dari dasar sungai. Misalkan siaga I ketinggian air bila mencapai 6,5 meter dari dasar sungai, siaga II bila ketinggian air mencapai 7,5 meter sedangkan siaga III sudah dianggap rawan banjir bila ketinggian air sudah berada 8,5 meter dari permukaan dasar sungai.
“Namun yang menjadi fokus kita yang pertama ada di Kecamatan Kwadungan dan Pangkur karena wilayah itu pasti pertama kali terkena dampak luapan Kali Madiun,” pungkasnya. (sinarngawi)