Faktor cuaca dari kemarau yang cukup panjang di pertengahan 2012 hingga awal November lalu kerap membayangi penurunan produksi padi Jatim. Bahkan, alih fungsi lahan tanam padi menjadi komoditi palawija juga diperkirakan menurunkan produksi beras. Namun, Dewan Ketahanan Pangan Jatim berkeyakinan jika Jatim masih bisa mengalami surplus beras hingga 3,6 juta ton.
“Pemprov Jatim telah berupaya meningkatkan produksi padi, sehingga tetap akan surplus beras karena produksi padi relatif stabil dan tidak mengalami puso akibat kemarau panjang atau terkena serangan hama maupun penyakit.. Surplus bisa mencapai 3-3,6 juta ton,” kata Ketua Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Jawa Timur, Nuvil Hanani, Kamis (29/11).
Menurut dia, kendati dibayangi kondisi tingginya alih fungsi lahan, namun sejauh ini Jatim masih sebagai daerah penyumbang padi untuk kebutuhan nasional dengan menyumbang sekitar 30% dari kebutuhan nasional.
Tingkat alih fungsi lahan produktif di Jawa Timur lanjut dia sudah memasuki tahap mengkhawatirkan. Dan setiap tahun disinyalir tak kurang 1.200 hektare lahan pertanian sudah mengalami alih fungsi menjadi kawasan industri, pemukiman, dan perumahan.
“Jika alih fungsi tersebut terus berlangsung dan tidak bisa direm maka akan membawa dampak pada penurunan produksi padi di Jawa Timur karena tingkat alih fungsinya sudah cukup gawat,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur sendiri untuk menjaga agar kemampuan produksi padi di wilayahnya tidak terus turun akibat alih fungsi lahan tersebut telah menyiapkan sejumlah solusi di antaranya menyiapkan teknologi hingga membangun embung-embung baru.
Bahkan untuk mengatasi penurunan diantaranya lewat teknologi bagaimana benih yang ditanam bisa lebih pendek masa tanamnya namun produktifitasnya tinggi atau ke depan membangun embung-embung baru.
Kendati optimsitis beras tetap surplus namun tidak untuk kedelai. Menurut Nuvil margin yang kecil membuat petani di Jawa Timur enggan menanam kedelai. Petani lebih suka bertanam jagung yang dinilai mempunyai keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai.
“Akibatnya lahan tanam untuk kedelai cenderung tergerus oleh jagung. Sehingga cukup wajar jika produktivitas kedelai di Jawa Timur lebih rendah dibandingkan dengan jagung,” jelasnya.
Selain itu, kondisi cuaca hujan yang masih belum merata hingga akhir November ini membuat petani masih belum berani menanam padi. Di sebagian wilayah musim tanam sudah mulai dilakukan, namun kebanyakan musim tanam bakal dilakukan Desember mendatang. Hal ini karena saat itu diprediksi curah hujan akan berlangsung normal.
Berdasarkan ramalan BMKG, hujan baru akan mulai November. Namun tidak bisa langsung dimanfaatkan petani untuk mengolah lahan dan menanaminya. Butuh waktu agar air permukaan (air hujan) dan air irigasi cukup untuk persiapan tanam. Itu berarti musim tanam baru akan mulai serentak awal Desember. (kominfo.jatimprov.go.id)