Optimalisasi Petani Tembakau Dapat Perhatian Khusus Hutbun Ngawi

di %s Berita/Informasi 435 views
Banner

Pemkab Ngawi berkomitmen memposisikan tembakau sebagai komoditi prioritas dalam penguatan pembangunan ekonomi daerah. Melalui Dinas terkait (Dishutbun-Red) nasib petani tembakau menjadi atensi tersendiri karena mempunyai peran strategis untuk ditingkatkan potensinya baik dari skill maupun harga tembakau yang merupakan bagian dari produksinya.

Melalui rapat koordinasi, evaluasi dan penguatan kelompok tani tembakau dengan menghadirkan sedikitnya 90 petani tembakau di Balai Pertemuan gedung PKK Kabupaten Ngawi, Rabu (28/11). Pada kesempatan yang sama Irwan selaku Kepala Seksi Perencanaan Dishutbun Ngawi menjelaskan, dalam evaluasi ini untuk mengetahui progress recordnya dari petani tembakau atas Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang telah dikucurkan pada tahun 2012. “Pada intinya kita akan mengetahui kendala apa budidaya tembakau maupun penanganan pasca panen,” terang Irwan.

Kata Irwan, Dishutbun Ngawi dalam setahun terakhir telah mengucurkan Rp 2,9 miliar bersumber dari dana DBHCHT untuk petani tembakau se-wilayah Ngawi. Dan secara riil disebutkan dana DBHCHT dalam realisasinya untuk memenuhi sarana dan prasarana seperti hand tractor, selang air, sprayer, bibit tembakau dan pupuk demikian juga pasca panen peralatan seperti alat penjemuran serta mesin perajang tembakau. “Sehingga tingkat keberhasilan atas dana DBHCHT akan terlihat sejauh mana petani memanfaatkanya pada dasarnya bantuan itu untuk menekan biaya produksi, sehingga dari evaluasi saat ini sebagai dasar acuan program tahun berikutnya,” ulasnya.

Terkait kendala harga tembakau yang akhir-akhir ini merosot Irwan juga tidak menampik kenyataan tersebut, dengan permasalahan ini pihaknya telah memfasilitasi kerjasama dengan PT.Sampoerna dengan pedagang tembakau sekitar 4 bulan sebelumnya. “Kalau masalah harga memang mekanisme pasar dimana terjadinya fluktuasi permintaan turun pasti harga mengikutinya, solusinya dengan bantuan tadi dan harapanya pengaruh atas anjloknya harga bisa diminimalisir dengan menekan biaya produksi,” jelasnya lagi.

Permasalahan harga yang tidak stabil tersebut menurut Sukarmin (54) salah satu petani tembakau dari Desa Sembung, Kecamatan Karangjati-Ngawi karena dipengaruhi adanya persaingan pembeli. Menurutnya, pada musim ini hasil panen tembakau miliknya hanya dihargai Rp 10 ribu sampai Rp 18 ribu per kilogramnya dalam kondisi daun tembakau kering padahal tahun sebelumnya bisa menembus Rp 35 ribu setiap kilogramnya. “Dulunya pembeli itu ada dari PT. Jarum dan PT. Gudang Garam tapi waktu saat ini hanya dari PT. Sampoerna yang mau beli tembakau kita dan itupun jumlahnya sangat terbatas,” pungkas Sukarmin. (sinarngawi)

Sebar dan Bagikan :

Shares