Ringin Kembar: Ritual Jamasan Tombak Kyai Singkir Dan Kyai Songgolangit

di %s Berita/Informasi 935 views
Banner

KOTA – Memelihara dan melestarikan pusaka merupakan warisan leluhur yang harus dilestraikan keberadaanya. Seperti yang terlihat boyong pusaka dari plangkan gedong di Pendopo Wedya Graha menuju lokasi jamasan di bawah ringin kembar Alun-Alun Merdeka Ngawi, Selasa (3/7).

Acara ritual budaya jamasan pusaka meliputi Tombak Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit dilakukan setiap tahunya menjelang peringatan berdirinya Kabupaten Ngawi yang ke-654 berlangsung dengan khidmat. Jamasan kedua pusaka itu yang merupakan warisan leluhur sebelumnya dilakukan sesepuh agung Suharno Ilham selain itu juga didampingi para sesepuh yang tergabung dalam peguyuban Permadani (Persatuan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia) Cabang Kabupaten Ngawi.

Ritual jamasan pusaka dengan iringan gending pakurmatan khusus yakni gending moggang yang ditabuh para pengrawit di awali oleh lima sesepuh yang dipimpin Ketua Permadani Sugito melakukan boyong Pusaka Tombak Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit dari plangkanya. Dan dilanjutkan para sesepuh lainya juga mengambil pusaka payung Tunggul Warono dan Tunggul Wulung, benda pusaka ini kemudian diarak menuju tempat jamasan atau siraman dibawah pohon ringin kembar yang ada ditengah alun-alun Ngawi.

Tidak lama kemudian sesepuh agung Suharno Ilham memanjatkan doa sebelum mengawali siraman satu persatu pusaka milik Kabupaten Ngawi. Jamasan pusaka akhirnya dilakukan dengan menyiramkan air kembang ke empat pusaka yang dianggap memiliki yoni atau kekuatan supranatural ini.

Seusai jamasan, ke empat pusaka langsung diboyong ke tempat penyimpanan pusaka di Ngawi Purba yang merupakan awal pertama kalinya Kabupaten Ngawi berdiri. Tumbak Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit merupakan pusaka tradisional yang konon peninggalan para adipati yang memegang kekuasaan zaman Majapahit.

“Memang setiap tahunya dilakukan jamasan pusaka kabupaten ini dan setiap lima tahun sekali pasti diadakan kirab pusaka menuju Ngawi Purba,” terang Sugito. Selain itu dirinya menambahkan, jamasan pusaka merupakan bagian dari wujud melestarikan budaya Jawa yang adiluhung sehingga kedepanya para generasi muda akan tahu kebudayaan yang diwariskan para leluhurnya.

Setelah itu acara ritual budaya jamasan pusaka pada hari berikutnya akan dilakukan dengan kirab pusaka dari Ngawi Purba menuju Pendapa Wedya Graha dengan mengendarai kereta kuda yang lansgung di datangkan dari Surakarta. Ritual budaya jamasan yang dibanjiri pengunjung ini langsung di hadiri Bupati Ngawi, Ir Budi Sulistyono, dan seluruh jajaran muspida. (sinarngawi)

Sebar dan Bagikan :

Shares