Perjuangan Kartini Dimulai Dari Keluarga
Keterpurukan moral yang sering membelenggu kaum perempuan menjadikan kebijakan tersendiri untuk menata kehidupan kedepan dari berbagai dimensi yang ada. Harapan yang demikian inilah sebagai bahan acuan dari Hj Antik Budi Sulistyono dalam menjebatani persamaan gender dengan kaum laki-laki.
Saat ditemui diruang pendopo Wedya Graha Kabupaten Ngawi Hj Antik (panggilan akrab Hj Antik Budi Sulistyono-red) saat menghadiri berbagai kegiatan yang bernuansakan peringatan Hari Kartini pada tahun ini ada tiga hal mendasar yang perlu dibenahi perempuan Indonesia agar bisa ikut berkiprah untuk mengisi serta membangun bangsa.
Menurutnya, perempuan mempunyai peran sentral di lingkungan keluarga dengan demikian sosok perempuan yang tabah dalam memikul beban sebagai seorang istri, ibu, dan wanita yang baik kepribadiannya. “Posisi ibu rumah tangga dapat diakui sebagai sebuah profesi di mana anak tumbuh dan berkembang pertama kali di dalam lingkungan keluarga disinilah peran seorang ibu berada,” tegas Hj Antik, Senin (23/4).
Meskipun demikian, Hj Antik menyorot perempuan sekarang ini yang dinilai kurang berkualitas dibanding perempuan masa silam. Terlebih akhir-akhir ini seperti diwilayah Ngawi banyak ditemukan berbagai kasus yang menyeret derajat serta martabat perempuan. “Kadangkala permasalahan ekonomi dijadikan alasan bagi kaum perempuan untuk terjun kedalam suatu komunitas yang justru menjatuhkan wibawa dan martabatnya sendiri,” ungkapnya.
Kemudian pada kegiatan peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April lalu, meskipun tidak ada acara yang sifatnya seremonial namun terlihat para pejabat dilingkup Pemkab Ngawi memakai pakaian ala Kartini. Untuk pejabat tingkat struktural bagi laki-laki memakai pakaian surjan lurik dan untuk kaum ibu dengan memakai kebaya lengkap sanggulnya.
Sementara dihari yang sama masih bernuansakan peringatan Hari Kartini, di SMKN 2 Ngawi menggelar fashion show yang diikuti para siswa dan guru. Yang menarik dari kegiatan ini meskipun kontes fashion show tidak diadakan diatas catwalk seperti biasanya namun, kegiatan fashion show cukup digelar diatas rumput hijau halaman sekolahnya dengan diikuti sekitar 200 siswi dan tidak ketinggalan para guru perempuan juga ikut andil didalamnya.
“Baru kali ini kita mampu mengadakan acara yang demikian ini sejak sekolahan ini berdiri pada 2004 lalu,” terang Mu’in Spd, Kepala SMKN 2 Ngawi. Tambahnya, secara spesifik dari kegiatan tersebut untuk memperkuat jati diri sebagai perempuan dengan segala ekspresinya selain itu menggali potensi yang ada dari para peserta yang ikut kontes fashion show. (sinarngawi)