Nyadranan Unik Saling Lempar Nasi Tumpeng
KEDUNGGALAR – Dusun Tambak Selo Timur, Desa Pelang Lor Kec. Kedunggalar-Ngawi, punya tradisi unik berupa bersih desa yang lumrah disebut “nyadran”. Usai ritual sakral dilokasi sumber air yang biasa disebut ‘’Sendang Tambak’’ yang setiap tahunya digelar tepat pada hari Jum’at Legi, (14/9), diakhiri dengan saling lempar nasi antar sesama warga.
Adat bersih desa semacam ini menurut sesepuh Desa Pelang Lor merupakan warisan leluhurnya yang dilakukan secara turun temurun. Menurut sesepuh Desa tersebut, Bersih Desa adalah ritual warisan dari nilai-nilai luhur lama dan upaya menunjukkan bahwa manusia jadi satu dengan alam. Ritual ini juga dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap alam yang menghidupi mereka dan atas rejeki yang melimpah.
Selain itu secara turun temurun adanya adat bersih desa dengan melempar nasi ambengan tidak lepas dari nilai sejarah yang ada. Sejarah yang dimaksud pada saat berdirinya Dusun Tambak Selo Timur, ada seorang tokoh perjuangan pada zaman penjajahan Belanda dengan sebutan Ki Ageng Tambak. Ki Ageng Tambak merupakan tokoh penentang penjajahan Belanda pada saat itu, suatu ketika dirinya bersama pengawalnya dikejar-kejar Belanda dan sampailah di tengah hutan belantara.
Di tengah hutan tersebut Ki Ageng Tambak bersabda tidak ada satupun peluru dari senapan Belanda yang sanggup menembus lokasi persembunyianya atau pelurunya akan macet bila ditembakan. Didalam persembunyianya yang dekat mata air atau sendang, Ki Ageng Tambak menandai perembunyianya dengan sebongkah batu hitam bila kelak daerah persembunyianya menjadi perkampungan rame maka namanya akan disebut Dusun Tambak Selo.
“Acara bersih desa ini berlangsung satu kali dalam setahun, dan seluruh masyarakat desa disini akan meninggalkan pekerjaan sehari-harinya untuk ikut serta dalam kegiatan ini,” jelas sesepuh. Dan selanjutnya menurut keterangan Kepala Desa Pelang Lor,Suyadi, satu hari sebelum pelaksanaan bersih desa, pihaknya melakukan suatu istighosah bersama warga dan tokoh masyarakat serta para ulama.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih intropeksi diri juga lebih berserah diri terhadap Allah SWT. “Bersih desa yang dilakukan ini sudah menjadi identitas lokal bagi warga Desa Pelang Lor dalam menghindarkan diri dari budaya asing yang cenderung bertolak belakang dengan budaya kita dan dalam upaya memelihara kebudayaan turun-temurun tersebut,” ucap Suyadi.
Lanjut Suyadi, adat bersih desa dilakukan oleh seluruh warganya secara gotong royong untuk memenuhi segala kebutuhan yang ada. Kepala Desa Pelang Lor, Suyadi, mengatakan walaupun masih rendahnya kepedulian pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi terhadap pelestarian kebudayaan tersebut, aparat Desa Pelang Lor tetap berupaya semaksimal mungkin mendukung tradisi yang dilakukan secara turun temurun dimana adat bersih desa merupakan bagian dari kekayaan budaya nasional. (sinarngawi)