Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, Pers berasal dari rakyat maka sudah seharusnya pers juga untuk rakyat. Jika hal itu sudah dilaksanakan, maka pers telah mampu memekarkan demokrasi di Indonesia dengan baik sekaligus mampu marajut kejayaan Indonesia menjadi lebih baik.
Demikian ditegaskan SBY saat Peringatan Puncak Hari Pers Nasional (HN) Tahun 2013 yang dipusatkan di Grand Kawanua Convention Center Novotel Manado, Senin (11/2) sore.
Menurut SBY, perayaan HUT Pers telah dilaksanakan dengan meriah, kreatif, inovatif, dan merakyat. Hal ini menjadi bukti bahwa insan pers telah mampu menempatkan diri sebagai bagian penting dari majunya bangsa Indonesia. Dengan mutu dan kualitas yang selalu dikedepankan, maka ia yakin pers akan mampu menyuarakan suara hati rakyat serta ampu membangun rasa optimisme masyarakat akan kejayaan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Napoleon Bonaparte pernah berkata, ”Bolpoin wartawan lebih tajam dari pedang/senjata”. Ini mengandung arti, pedang mempunyai fungsi untuk mematikan musuh, tapi bolpoin memiliki dua fungsi, yaitu untuk mematikan kejahatan dan menghidupkan kebaikan. Jika itu fungsinya, maka pers/wartawan yang profesional adalah harus selalu menjalankan dan menggunakan kekuasaannya dengan penuh amanah dan tanggung jawab.
Jika pada perayaan ini dirinya diminta memberi nasihat untuk kalangan pers, maka dirinya menyatakan dengan tegas tidak ada nasehat yang patut diberikan pada insan pers. Karena apa, karena pers telah memiliki dan menemukan jati diri yang sesungguhnya. Buktinya, pers telah memiliki kode etik jurnalistik, telah memiliki dan pers. Pers telah mampu menulis secara faktual dan aktual. Pers mampu menciptakan keseimbangan pemberitaan. Pers telah tahu tentang hak dan kebebasan seseorang. Pers sudah tahu arti keadilan dan fairness serta hukum yang ada. ”Ini yang saya katakan, kenapa saya tidak ada nasihat untuk teman pers. Mereka telah menjalankan praktik moral dengan baik,” ujarnya.
Dirinya hanya memiliki dua harapan untuk teman pers dalam melaksanakan tugasnya. Pertama, pers harus mampu menyuarakan dan memiliki kewajiban moral untuk mengkritisi dan mengoreksi secara obyektif tentang apa yang telah dilakukan pemerintah dalam menjalankan pekerjaannya, baik terkait pemberantasan korupsi, birokrasi, maupun tentang keamanan negara. Kedua, pers harus mampu menyuarakan dan membangun optimisme yang tinggi kepada masyarakat dibalik segala kekurangan dan kelebihan yang telah dilakukan pemerintah.
”Kita ini banyak kekurangan, namun dari kekurangan itu, ada sebagian keberhasilan yang mampu dicapai. Inilah artinya wartawan mampu membangun optimisme. Saya contohkan, di kelompok G 20, ekonomi kita tertinggi kedua setelah Tiongkok. Ini prestasi kita, jangan pers berkata pertumbuhan ekonomi kita jalan ditempat, tapi katakan keberhasilan yang dicapai itu kepada masyarakat. Ini maksud saya,” urai SBY.
Terkait dengan Tahun 2014 sebagai tahun Pemilu, dirinya juga mempunyai harapan besar kepada insan pers. Ada tiga harapan besar SBY yang ditumpukan di pundak insan pers. Pertama, pers harus ikut memberi kontribusi aktif agar Pemilu ke depan menjadi lebih matang dan berkualitas. Caranya, berilah ruang yang cukup dan adil kepada calon presiden peserta pemilu. Kedua, pers harus turut serta menyebarkan visi dan opsi setiap kandidat demi maju dan tegaknya Indonesia. Serta ketiga, pers harus ikut mengenalkan sosok, integritas dan kapasitas calon presiden, agar rakyat tahu calon pilihannya sehingga tidak salah pilih. ”Kita ajari masyarakat untuk tidak salah pilih. Kita ajari masyakat memilih yang benar, tidak pilih kucing dalam karung,” harap SBY.
Pada kesempatan HPN 2013, SBY melakukan penandatanganan Prasasti Monumen Museum Mendur Bersaudara, Prasasti peresmian Hotel Grand Lion, Prasasti peresmian gedung Auditorium Universitas Negeri Manado, peresmian gedung Sekretariat Coral Triangle Initiative, serta penanaman pohon penghijauan. (www.jatimprov.go.id)