Tag archive

JAMASAN PUSAKA

Jamasan Pusaka, Bupati Minta Masyarakat Tahu Sejarah Ngawi

di %s Seni Budaya 2,681 views

Jamasan pusaka telah menjadi tradisi yang tidak bisa ditinggalkan dari rangkaian peringatan Hari Jadi Ngawi.Tahun ini, prosesi jamasan dilakukan di Pendopo Wedya Graha, Senin (1/7).

Dalam prosesi ini ada dua buah tombak diantaranya Kyai Singkir dan Kyai Songgo langit, juga dua buah payung pusaka yakni Tunggul Wulung sertaTunggul Warono dengan air khusus yang disiapkan para sesepuh Ngawi.

Acara yang berlangsung khidmat ini dihadiri Bupati Ngawi, Budi Sulistyono, Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar, Ketua DPRD Ngawi, Dwi Rianto Djadmiko, Sekretaris Daerah Ngawi Mokh Sodiq Triwidiyanto, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), dan pejabat dilingkup Pemerintah Kabupaten Ngawi.

Menurut Bupati Ngawi, kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun menjelang hari jadi. “Piandel Kabupaten Ngawi ini setiap tahunnya dijamas atau dicuci. Alhamdullilah, dimana kita masih diberi kesempatan momong Kabupaten Ngawi sampai saat ini yang ke 661,” katanya.

Bupati meminta masyarakat semakin mengerti sejarah terutama Kabupaten Ngawi, yang sudah ada sejak 661 tahun silam, “Kami berharap seluruh warga Ngawi mengenang berdirinya Kabupaten Ngawi, bahkan sebelum ada pemerintahan. Semua berawal dari pemberian otonomi oleh kerajaan Majapahit, itulah tanda kelahiran Kabupaten Ngawi,” jelasnya.

Di Hari Jadi Ngawi ke 661 ini Budi Sulistyono berharap Kabupaten Ngawi bisa terus berbenah untuk kesejahteraan masyarakat,“Ya, kerukunan dan kebersamaan harus terus kita jaga. Pembangunan terus kita upayakan agar merata di semua lini serta kesejahteraan masyarakat semakin baik,” tuturnya.

Prosesi jamasan ini diawali dengan Tari Gambyong Tosan Aji dari Sanggar Sri Budaya pimpinan Sri Widajati, dilanjutkan dengan mundhut dan lolos pusoko Kyai Singkir dan Songsong Tunggul Wulung oleh Bupati Ngawi, sedangkan Kyai Songgo Langit dan Songsong Tunggul Warono oleh Wakil Bupati kemudian diserahkan kepada pangasto pusoko lantas boyong medhal serta diiringi seluruh Forkopim dan menuju kuncungan pendopo.

Saat proses jamasan diiringi rerepan gendhing Jamasan Pusoko dengan 30 saraswati, dan setelah selesai piandel ini dikembalikan lagi ke Gedhong Pusaka Pendopo Wedya Graha. Dan acara sakral ini ditutup dengan tari Orek – Orek dan gunungan hasil bumi untuk diperebutkan warga yang turut menyaksikan acara ini. (nf/kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Jamasan dan Boyong Pusaka, Bupati Minta Lestarikan Budaya Leluhur

di %s Hari Jadi Ngawi 659/Peristiwa/Seni Budaya 3,013 views

Masih dalam rangkaian Hari Jadi Ngawi ke 660 ini, Pemerintah Kabupaten Ngawi gelar acara Jamasan dan Boyong Pusaka yang telah menjadi tradisi turun temurun  para leluhur jelang hari jadi Ngawi. Prosesi Jamasan (mencuci, Red) bertempat di Kuncungan Pendopo Wedya Graha, Selasa (3/7).

Dalam Jamasan Pusaka ini ada dua buah tombak diantaranya Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit, juga dua buah payung pusaka yakni Tunggul Wulung serta Tunggul Warono dengan air khusus yang disiapkan para sesepuh ngawi. Acara sakral ini dihadiri Bupati Ngawi, Ir. Budi Sulistyono, Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar, Ketua DPRD Ngawi, Dwi Rianto Djadmiko, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), dan pejabat dilingkup Pemerintah Kabupaten Ngawi, Kepala Sekolah SD/MI/SMA/SMK dalam kota, Kepala UPT Puskesmas se Kabupaten Ngawi.

Prosesi ini diawali dengan Tari Sri Mangayun dari Sanggar Tari Eko Budoyo Surakarta, kemudian dilanjutkan dengan mundhut dan lolos pusoko Kyai Singkir dan Songsong Tunggul Wulung oleh Bupati Ngawi, sedangkan Kyai Songgo Langit dan Songsong Tunggul Warono oleh Wakil Bupati yang diserahkan kepada pangasto pusoko kemudian boyong medhal serta diiringi seluruh Forkopimda menuju kuncungan pendopo lalu di jamas diiringi rerepan gendhing jamasan pusoko dengan 30 saraswati.

Menurut Bupati Ngawi, Jamasan Pusaka ini rutin dilakukan setiap tahun menjelang hari jadi, “Setelah di jamas atau bersihkan pusaka ini dibawa ke desa Ngawi Purba  yang merupakan bibit kawit kabupaten Ngawi, di leremkan semalam, kemudian malamnya dilakukan tirakatan, besok pagi dijemput disemayamkan lagi dipendopo ini,” jelas Bupati.

Bupati berharap masyarakat mengerti tentang sejarah, terutama Kabupaten Ngawi, yang ada sejak 660 tahun lalu, dari dusun sampai saat ini. “Selanjutnya kita tidak bisa lupakan budaya, terutama bagi pendahulu kita yang telah membangun serta memakmurkan Ngawi sudah  selayaknya kita melanjutkan cita – cita mereka, dan menjaga tradisi yang mereka tinggalkan,” tuturnya.

Tepat pukul 10.00 WIB dilakukan boyongan ke desa Ngawi Purba yang merupakan cikal bakal Kabupaten Ngawi, diikuti seluruh Parogo, Sesepuh dan Caroko kemudian disemayamkan semalam, yang esoknya akan di boyong  kembali ke Gedung Pusaka dalam Kirab Pusaka. (kominfo)

 

Sebar dan Bagikan :

Shares







Go to Top