Category archive

Seni Budaya - page 7

Seputar perkembangan seni dan budaya, tokoh-tokoh, giat dan peristiwa seni dan budaya di Kabupaten Ngawi

Perkuat Tali Silaturahmi Dengan Seni dan Budaya Antara Daerah dan Warga Perantauan

di %s Seni Budaya 1,322 views

Sudah menjadi agenda tahunan, tiap malam 1 Suro atau 1 Muhharam Pemerintah Kabupaten Ngawi gelar wayang kulit semalam suntuk, dengan lakon  Durno Gugur oleh dalang Ki Joko Klenteng. Dan ini merupakan persembahan duta seni Kabupaten Ngawi untuk acara Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Senin (10/9). Selain wayang kulit acara ini juga dimeriahkan bintang tamu,  komedian Kirun. Nampak antusiasme penonton menyaksikan wayang kulit ini, apalagi warga Ngawi yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya.

Hadir dalam acara ini Bupati Ngawi, Ir. Budi Sulisyono, Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar, Sekretaris Daerah Kabupaten Ngawi, Mokh. Sodiq Triwidiyanto, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Ngawi, Maryoto, Koordinator Anjungan Daerah dan Manager Hukum TMII, DR. Maryono, Kepala Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Dwi Suyanto, Kepala Sub. Bidang Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah Provinsi JawaTimur, Samad Widodo, pejabat lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi, anggota Paguyuban Paranormal Ngawi, serta pengurus Paguyuban Warga Jakarta Asal Jawa Timur.

Dalam sambutannya Kepala Badan Penghubung Daerah Provinsi Jatim, Dwi Suyanto menyampaikan kalau kegiatan di Anjungan Jatim ini merupakan agenda rutin yang dilakukan setiap Kabupaten/ Kota untuk melestarikan kesenian dan budaya yang ada di daerah masing – masing. “Dengan melihat acara kesenian dan budaya asli daerahnya seperti ini, bisa menjadi ajang silaturahmi antar warga perantauan dengan Kabupaten atau kotanya,” ungkap Dwi Suyanto.

Dikesempatan ini, Koordinator Anjungan Daerah dan Manager Hukum TMII, DR. Maryono sampaikan atur pambagyo wilujeng kepada Bupati dan Wakil Bupati Ngawi beserta rombongan yang turut hadir dalam acara ini. Ia juga berikan apresiasi yang luar biasa untuk Kabupaten Ngawi yang 6 (enam) tahun terus konsisten memberikan dan mengisi hiburan di TMII. Dan, ini merupakan wujud pelestarian kesenian dan budaya sesuai dengan visi dan misi TMII.

Sementara Bupati Ngawi dalam sambutannya sampaikan rasa terimakasihnya atas kesempatan yang diberikan untuk Kabupaten Ngawi untuk terus mengisi hiburan kesenian dan budaya di TMII tiap tahunnya. Bupati juga mengapresiasi warga Ngawi yang meratau di Jakarta  turut hadir dan meramaikan acara ini. “Kegiatan ini sangat luar biasa, sekaligus bisa menjadi wadah silaturahmi masyarakat Ngawi yang ada di Jakarta, juga bisa untuk melepas kangen kesenian yang didaerah,” katanya.

Lebih lanjut, Bupati juga berikan dukungan penuh untuk kegiatan pelestarian kesenian seperti ini, “Mudah – mudahan acara ini, selain untuk silaturahmi dan menghibur juga sebagai salah satu wujud upaya nguri – nguri budaya,” tuturnya. Disela sambutan, Bupati sempat singgung batik khas Ngawi untuk dimiliki tiap warga Ngawi. “Jika satu warga Ngawi memiliki satu batik Ngawi saja, tentu sudah bisa menambah income pengerajin batik Ngawi,” ungkapnya. Diakhir sambutannya, Bupati berharap Kabupaten Ngawi bisa menjadi tempat yang bisa selalu ngangeni, bagi siapapun yang datang. (kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Gumbrekan Mahesa & Karnaval Kerbau Jadikan Bulak Pepe Banyubiru Destinasi Wisata Alternatif di Ngawi

di %s Seni Budaya 1,376 views

Untuk tingkatkan potensi wisata di Bulak Pepe Kecamatan Widodaren digelar acara Gumbrekan Mahesa yang diharapkan nantinya tempat ini akan menjadi salah satu destinasi wisata alternatif di Kabupaten Ngawi, Rabu (5/9). Gumbrekan Mahesa dan Karnaval Mahesa yang di ikuti 522 kerbau milik 65 warga.

Acara yang baru perdana ini nyatanya mampu menarik perhatian dan antusiasme masyarakat untuk menyaksikan gelaran ini.
Selain itu, nampak hadir Bupati Ngawi Ir. Budi Sulistyono, Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar, Pejabat dilingkup Pemkab Ngawi.

Sejarah adanya ritual ini dimulai dengan adanya ritual setiap tahun yang bertepatan dengan pemetikan hasil sawah (Panen) yang dilaksanakan satu tahun sekali dan maksud dari ritual ini yaitu wujud syukur peternak kerbau terhadap Allah SWT yang telah memberi sehat kepada kerbau kita sampai selesai mengerjakan sawah (Bajak Sawah). “Ritual-ritual lain masih banyak tetapi yang melaksanakanya tinggal beberapa orang saja, nah makanya dari kami dan saya selaku ketua ingin mengangkat dari budaya-budaya itu dan akan melestarikan seterusnya,” ungkap Agus Priyanto selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Barokah Desa Banyu Biru.

Dikesempatan ini Bupati Ngawi berpesan kepada masyarakat yang menggembalakan kerbau di tanah milik Perusahaan Hutan Negara Indonesia (PERHUTANI) untuk turut menjaga kelestarian dan berkerjasama mengolah lahan hutan ini dengan baik, “Maka pada hari ini kita tidak akan bicara lagi mengenai kerbaunya saja, kelestarian kerbau dan bertambah populasi kerbau tetapi juga bagaimana ternak kerbau ini menjadi sebuah destinasi wisata tersendiri,” ujar Budi Sulistyono

“Saya juga berharap para peternak ini tidak menjual keluar tetapi menjual pada internal sendiri, sehingga tetap pada disini dan tetap dikembangkan serta bertambah populasinya,” tambahnya.

Sementara Heru Dwi Kunarwanto selaku Administratur Perhutani KPH Ngawi juga menambahkan, bahwa adanya kerjasama masyarakat dan Perhutani kami berharap Gumbrekan di Dusun Bulak Pepe ini menjadi destinasi wisata entah itu wisata Desa atau wisata Budaya. “Harapan saya yaitu wilayah ini bisa maju bisa meningkatkan perekonomian disekitar sini dan tentu saja kita saling berkolaborasi dengan masyarakat” ucapnya. (Kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Gumbrekan Mahesa & Karnaval Kerbau Jadikan Bulak Pepe Banyubiru Destinasi Wisata Alternatif di Ngawi

di %s Sekitar Kita/Seni Budaya 1,169 views

Untuk tingkatkan potensi wisata di Bulak Pepe Kecamatan Widodaren digelar acara Gumbrekan Mahesa yang diharapkan nantinya tempat ini akan menjadi salah satu destinasi wisata alternatif di Kabupaten Ngawi, Rabu (5/9). Gumbrekan Mahesa dan Karnaval Mahesa yang di ikuti 522 kerbau milik 65 warga.

Acara yang baru perdana ini nyatanya mampu menarik perhatian dan antusiasme masyarakat untuk menyaksikan gelaran ini.
Selain itu, nampak hadir Bupati Ngawi Ir. Budi Sulistyono, Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar, Pejabat dilingkup Pemkab Ngawi.

Sejarah adanya ritual ini dimulai dengan adanya ritual setiap tahun yang bertepatan dengan pemetikan hasil sawah (Panen) yang dilaksanakan satu tahun sekali dan maksud dari ritual ini yaitu wujud syukur peternak kerbau terhadap Allah SWT yang telah memberi sehat kepada kerbau kita sampai selesai mengerjakan sawah (Bajak Sawah). “Ritual-ritual lain masih banyak tetapi yang melaksanakanya tinggal beberapa orang saja, nah makanya dari kami dan saya selaku ketua ingin mengangkat dari budaya-budaya itu dan akan melestarikan seterusnya,” ungkap Agus Priyanto selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Barokah Desa Banyu Biru.

Dikesempatan ini Bupati Ngawi berpesan kepada masyarakat yang menggembalakan kerbau di tanah milik Perusahaan Hutan Negara Indonesia (PERHUTANI) untuk turut menjaga kelestarian dan berkerjasama mengolah lahan hutan ini dengan baik, “Maka pada hari ini kita tidak akan bicara lagi mengenai kerbaunya saja, kelestarian kerbau dan bertambah populasi kerbau tetapi juga bagaimana ternak kerbau ini menjadi sebuah destinasi wisata tersendiri,” ujar Budi Sulistyono

“Saya juga berharap para peternak ini tidak menjual keluar tetapi menjual pada internal sendiri, sehingga tetap pada disini dan tetap dikembangkan serta bertambah populasinya,” tambahnya.

Sementara Heru Dwi Kunarwanto selaku Administratur Perhutani KPH Ngawi juga menambahkan, bahwa adanya kerjasama masyarakat dan Perhutani kami berharap Gumbrekan di Dusun Bulak Pepe ini menjadi destinasi wisata entah itu wisata Desa atau wisata Budaya. “Harapan saya yaitu wilayah ini bisa maju bisa meningkatkan perekonomian disekitar sini dan tentu saja kita saling berkolaborasi dengan masyarakat” ucapnya. (Kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares

Tarik Wisatawan Dengan FGB Seloondo ke III

di %s Seni Budaya 1,808 views

Untuk menjaga kelestarian alam dan merayakan kerja budaya, masyarakat Desa Ngrayudan menghadirkan kembali acara Festival Gravitasi Bumi (FGB) Selondo ke 3 yang digelar setiap tahunnya. FGB tahun ini dengan tagline Pelangi Indonesia dan tema baru yaitu Indonesia kaya akan beragam budaya, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, (Sabtu – Minggu, 1-2/9) di Desa Wisata Ngrayudan, Jogorogo, Ngawi

Kegiatan ini dibuka Sabtu Pagi (1/9) yang dimeriahkan oleh pasukan semut se Desa Ngrayudan, penampilan tari retno dumilah, reog singo mudo serta malamnya telah resmi dibuka oleh Wakil Bupati Ony Anwar saat Upacara Donowarih.

“Donowarih adalah penghormatan kembali kepada sumber mata air, selain kita mencintai alam kita, kita juga harus menjaga alam dengan cara tidak boleh buang sampah sembarangan dan harus cinta kepada lingkungan” Ucap Ketua Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Ngrayudan.

Dalam kegiatan ini pasukan semut se Desa Ngrayudan juga mengikuti kerja bakti dengan cara mengambil semua sampah di sekitar Seloondo. “Banyak warga sekarang sudah sadar tentang bagaimana tentang menjaga kelestarian alam dan mencintai alam. kita juga mengudakan metode penyadaran melalui pasukan semut, penyadaran mulai dari dini melalui anak-anak dan kita sadarkan bagaimana kita menjaga alam dan merawat alam” Jelas Ketua Pokdawis Desa Ngrayudan.

Pada hari kedua FGB Minggu (2/9) turut hadir Bupati Ngawi Ir. Budi Sulistyono, Sekretaris Daerah M Sodiq Triwidiyanto, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan pejabat dilingkup Pemerintah Kabupaten Ngawi serta Bapak Camat dan kepala desa beserta rombongannya.

Dalam sambutanya Bupati Ngawi sangat mengapresiasi Kegiatan ini, beliau juga berharap adanya kegiatan ini akan mengakat wisata-wisata yang berada di Ngawi yang nantinya akan menambah pendapatan masyarakat Ngawi, yang artinya bahwa orang Ngawi ini sendiri harus mendukung penuh dalam wisata Ngawi dan harus berwisata ke Ngawi tanpa jauh jauh di luar Ngawi. “Kebutuhan manusia sekarang ini pada rekreasi, maka tempat-tempat rekreasi ini harus di Ngawi saja yang nantinya uangnya masyarakat Ngawi ya harus beredar di Ngawi” Jelas Bupati Ngawi.

“Saya juga berharap adanya kegiatan ini akan mengundang semua warga ngawi maupun luar Ngawi serta adanya pasuka-pasukan tentang sampah itu terus berjalan dan semua pengunjung-pengunjung yang ada disini jangan membuang sampah sembarangan” Tambahnya.

Dipenghujung acara ditutup dengan gelaran Keroncong Sarasvati, Anglur Selur, Unen-unen Rengel, Saung Swara, Acauntikalysaa, dan Sri Krisna and Friend dari Yogyakarta.(kominfo)

Sebar dan Bagikan :

Shares
Go to Top