Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi gelar Pembinaan Mental dan Rohani, bertempat di Pendopo Wedya Graha, Kamis (3/12/20).
Hadir dalam acara ini Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Idham Karima, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda Ngawi, Kepala Organiasai Perangkat Daerah (OPD), Organisasi Keagamaan serta narasumber dari Dosen IAI Ngawi, Mudrik Al Farizi.
Bupati Ngawi, Budi Sulistyono dalam sambutannya yang disampaikan Idham Karima mengatakan hakekatnya radikalisme dan intoleransi, akar permasalahannya adalah ideologi, ekonomi dan politik, baik dari kelompok maupun individu, ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan, “Radikalisme dan inteloransi di Indonesia seringkali muncul dengan motif sentimen kelompok keagamaan, faham, kesukuan dan ras,” terangnya.
Dalam amanatnya Budi Sulistyono juga menyatakan bahwa paham radikalisme sangat tidak relevan diterapkan di Indonesia, “Sebab Indonesia sangat mengedepankan sikap toleransi, kebersamaan, dan kerukunan,” lanjutnya.
Dan, disampaikan Bupati Ngawi bahwa kegaduhan, ujaran kebencian, teror, demontrasi brutal yang disertai pengerusakan, adalah bentuk atau ciri khas mereka untuk menciptakan situasi chaos (kacau,red), “Intinya, radikalisme dan intoleran benar – benar harus hilang dari NKRI yang berpedoman pada Pancasila,” tandasnya.
Selain itu, Budi Sulistyono juga menyampaikan kerukunan, kebersamaan dan toleransi sangat diperlukan di negara yang memiliki penduduk heterogen seperti Indonesia. “Saya berharap seluruh komponen masyarakat di Kabupaten Ngawi, harus memiliki peran aktif dan selalu terdepan dalam menyebarkan sikap kerukunan, kebersamaan, toleransi beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan begitu, negara kita, dan khususnya Kabupaten Ngawi damai serta kondusif,” pungkasnya. (Kominfo)