Ada yang berbeda dari peringatan Hari Pahlawan yang digelar Pemerintah Kabupaten Ngawi tahun ini, jika biasanya dengan gerak jalan rute Monumen Soerjo – Ngawi, kali ini diganti dengan Napak Tilas 21 KM. Karena gerak jalan dengan rute Monumen Soerjo – Ngawi, melalui jalan raya Mantingan – Solo sehingga bisa mengganggu pengguna jalan lain dan beresiko macet, apalagi saat ini dalam kondisi perbaikan. “Napak tilas ini juga untuk mengenalkan alam Ngawi, sekaligus untuk mengenang perjalanan Gubenur Soerjo dari diberhentikan sampai terbunuh oleh PKI, dan akan kita telusuri menjadi rute kegiatan ini dan finish di Musium Trinil, dimana disitu telah ditemukan fosil manusia purba yang hidup 2 juta tahun lalu,” ungkap Bupati disela acara.
Ada sekitar 870 peserta perseorang dan ratusan peserta beregu, yang diberangkatkan Bupati Ngawi, Ir. Budi Sulistyono bersama Ketua DPRD Kabupaten Ngawi, Dwi Rianto Djatmiko, Minggu (18/11).
Tepatnya di tahun 1948, Gubenur Soerjo pulang dari menghadiri acara di Yogyakarta, di cegat PKI. Dari arah Madiun mobil yang ditumpangi Komisaris Besar (Kolonel) Polisi M. Duryat dan Komisaris (Mayor) Polisi Suroko menuju Yogyakarta juga dihentikan, kemudian semuanya dihabisi secara keji oleh kaum komunis ini hingga meninggal. Dan, empat hari kemudian jenazah Gubenur dengan nama panjang RM. Ario Soerjo ditemukan penduduk di Kali Kakak, dusun Ngandu desa Bangunrejo Lor, Kedunggalar. kemudian dimakamkan di Sawahan, desa Kapalrejo, Magetan. Dilokasi penyergapan di bangun Monumen Soerjo sedangkan di Kali Kakak didirikan tugu untuk menandai tempat terjadinya pembantaian yang dilakukan kaum komunis.
Seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora), Didik Rahmad Purwanto Napak tilas 21 kilo meter ini, mengambil start di Monumen Soerjo – Dusun Plang Garem – Hutan Bangunrejo – belakang TPK Banjarjo – Jembatan Sonde – Monumen Kali Kakak – Desa Sonde – Desa Banjarbanggi – Dusun Tumang – Desa Jenggrik – Desa Kawu – Museum Trinil.
Didik juga katakan kegiatan ini cukup menarik antuasiasme peserta, karena ada peserta yang berasal dari luar Ngawi. “Sedangkan untuk penilaian meliputi kecepatan, ketepatan waktu sampai finish. Selain itu juga ada kategori peserta tertua, termuda, terunik serta yang peduli lingkungan,” jelasnya. Selain, mengenang Gubenur Soerjo, menurut Didik kegiatan ini untuk mengedukasi dan mengenalkan potensi wisata di Ngawi, “Juga untuk menumbuhkan menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme kepada peserta terutama pelajar,” terangnya.
Beragam cara dilakukan peserta untuk tampil menarik dalam acara ini, seperti tampil dengan kostum ala Panglima Sudirman lengkap dengan jubahnya. Kostum ala pejuang atau militer nampaknya banyak dipilih peserta di kegiatan ini.(kominfo)